Sasper puisi Taufik Ismail II

Puisi ke-2 dari karyanya Taufik Ismail yang akan di bahas melalui sastra perlawanan.Cekidot. 

Kembalikan Indonesia Padaku
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 watt
Sebagaian berwarna putih dan sebagian berwarna hitam
Yang menyala bergantian
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam
Karena seratus juta penduduknya

Kembalikan Indonesia Padaku

Hari depan Indonesia adalah seratus juta orang yang main pingpong siang malam
Dengan bola telur angsa di bawah sinar lampu 15 wat
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang pelan-pelan tenggelam
Lantaran berat bebannya kemudian angsa-angsa berenang-renang di atasnya
Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga
Dan di dalam mulut itu ada bola-bola lampu 15 wat
Sebagian putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian
Hari depan Indonesia adalah angsa-angsa putih yang berenang-renang
Sambil main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam
Dan membawa seratus juta bola lampu 15 wat ke dasar lautan

Kembalikan Indonesia Padaku
Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malam
Dengan bola yang bentuknya seperti telur angsa
Hari depan Indonesia adalah pulau jawa yang tenggelam
Karena seratus juta penduduknya
Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat
Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam, yang menyala bergantian

Kembalikan Indonesia Padaku
(Taufik Ismail, 1971)

Puisi Kembalikan Indonesia Padaku  akan dikaji dengan memanfaatkan pendekatan hermeneutik. Kata hermenutik berasal dari bahasa Yunani hermeneuein (kata kerja) yang berarti menafsirkan atau hermeneia (kata benda) yang dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi. Kata tersebut berasal dari tokoh mitologis bernama Hermes, yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Tugas Hermes adalah menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di gunung Olympus ke dalam bahasa manusia (Sumaryono, 1999: 23).
Bait ke-1
            (Hari depan Indonesia) Sesuatu yang dirasa sebenatar lagi akan terjadi, cepat atau lambat akan menimpa Indonesia. (Dua ratus juta mulut yang menganga) ada begitu banyak orang yang tidak produktif. Hari depan Indonesia juga kemungkinan akan mengalami pasang surut (bola lampu 15 wat sebagian berwarna putih dan sebagian hitam) kejadian pasang surut itu selalu silih berganti, kadang-kadang baik dan kadang kadang juga buruk (menyala bergantian). Keadaan seperti ini banyak yang membuat orang berlomba-lomba untuk mencari celah dalam hal apapun (pertandingan pingpong) selalu berusaha, usahanya pun tidak tanggung-tanggung dikerjakan dengan sungguh-sungguh, sehingga telah menjadikan mereka seperti robot (siang malam). Akan tetapi, apa yang mereka perbutkan itu dapat membahayakan orang lain bahkan Negara (bola yang bentuknya seperti telur angsa). Akibat perbuatan mereka yang semena-mena maka mereka secara tidak langsung dapat menghancurkan Negara ini dengan perbuatan mereka (pulau jawa yang tengelam) itu semua terjadi karena begitu banyak orang yang berlomba dengan menghalalkan berbagai cara (karena seratus juta penduduknya).
Bait ke 2
(Kembalikan) seseorang yang melihat kondisi harusnya segera sadar dan meminta agar para oknum penjahat negara itu tidak melakukan hal yang dapat menghancurkan negara ini. Kembalikan juga menandakan ketidakikhlasan jika Indonesia di jadikan sebagai ladang permainan (Indonesia padaku).
Bait ke 3
Semakin hari keadaan semakin parah, semakin banyak orang yang mencari peluang di tengah carut marut yang terjadi di Indonesia (satu juta orang main pingpong siang malam). Mereka melakukan seseuatu yang sangat berbahaya untuk masa depan Indonesia di tengah kondisi yang sedang tidak stabil ini, di tengah kondisi yang penuh ketimpangan baik dalam hal pendidikan dll (dengan telur angsa dibawah sinar lampu 15 wat). Jika hal ini tidak dihentikan, tidak ada yang berani bersuara maka lambat laun bangsa ini akan hancur (pulau jawa yang pelan-pelan tenggelam). Hancur karena sudah terlalu memuncak, terlalu parah, terlalu banyak orang yang melakukan kecurangan (lantaran berat bebannya) akan tetapi, orang-orang yang berkuasa tidak memperdulikannya bahkan bersenang-senang di atas penderitaan orang lain (angsa-angsa berenang-renang di atasnya). Akan tetapi, hari depan Indonesia  banyak orang yang tidak dapat berbuat apa-apa, berusaha, mencari kerja, karena keterbatasan yang mereka miliki (dua ratus juta mulut yang menganga). Walaupun di dalam keterbatasan itu mereka memiliki potensi untuk maju, untuk berhasil, untuk berusaha menuju kehidupan yang lebih baik (di dalam mulut ada bola-bola lampu 15 wat). Karena tidak ada yang berpikir secara mendalam, manusiawi, dan bersama-sama membangun negara ini maka timbullah dua cara yang merkea tempuh dalam hidup, yaitu sesuatu yang baik dan yang buruk (sebagian putih dna sebagian hitam yang menyala bergantian). Ditengah penderitaan itu orang-orang besar tengah asyik dengan kehidupan mereka yang serba mewah, tidak serius di dalam memikirkan nasib kesejahteraan orang banyak (angsa-angsa putih yang berenang-renang). Yang lebih parahnya lagi selalu terjadi perlombaan di dalam mengejar tujuan yang mereka inginkan, walupun Negara ini hampir ambruk karena tingkah laku mereka (main pingpong di atas pulau jawa yang tenggelam). Perbuatan mereka yang tidak pro rakyat itu ternyata menyebabkan potensi SDM Indonesia menjadi hilang, tidak dimanfaatkan. Bahkan kebijakan atau sistem yang diterapkan tidak membuat seseorang semakin percaya diri malahan membuat mereka generasi pengecut, tunduk, dan patuh seperti robot kepada orang-orang besar.
Bait ke 4
Kembalikan kondisi Indonesia yang tentram, yang penuh kedamaian, yang mengedepankan etika di dalam bersikap, yang mempunyai hati nurani di dalam membuat keputusan serta kebijaksanan kepada orang-orang yang memiliki potensi (kembalikan Indonesia padaku).
Bait ke 5
Masa depan Indonesia akan semakin terancam di tangan orang-orang yang suka mempermainkan nasib orang banyak, di tangan orang yang tidak memiliki hati (pertandingan pingpong siang malam) apalagi yang dipermainkan itu adalah potensi, kreativitas, calon pemimpin bangsa (bola yang bentuknya seperti telur angsa). Dengan membelenggu kreativitas, membelenggu potensi seseorang maka hal itu sama saja dengan menghancurkan masa depan bangsa ini. Bukankah masa depan bangsa ini terletak pada generasi mudanya (pulau jawa yang tenggelam).
Bait ke 6
Kembalikan Indonesia padaku adalah sebuah penegasan yang dibuat penyair, sebuah gertakan, sebuah kritikan untuk pemerintah.

Secara garis besar, puisi ini dapat diinterpretasikan sebagai sebuah kritik terhadap kebijakan pemerintah saat itu. Hari depan Indonesia itu sangat penting, maka dari itu harus menjadi sorotan pemerintah. Akan tetapi, di dalam membuat kebijakan, sistem, dan aturan, penyair ingin mengatakan jangan sampai kebijakan itu malah membelenggu potensi manusia yang hidup di bawah naungan NKRI. Karena membelenggu kreativitas manusia, sama saja dengan menenggelamkan Indonesia. Karena Indonesia pada akhirnya tidak dapat menghasilkan generasi bangsa yang berkualitas, generasi bangsa yang mempunyai semangat membangun, generasi yang mempunyai hati di dalam bekerja. Termasuk profesi sebagai sastrawan mungkin penyair merasa terancam, terkekang, terbelenggu dengan kebijakan pemerintah. Telah diketahui bersama, bahwa pada masa orde baru, banyak sekali kebijakan, system, dan aturan pemerintah yang merugikan khalayak luas.  Salah satu contohnya adalah membelunggu sastrawan atau seniman yang karyanya diduga mengkritik ataupun bernuansa perlawanan terhadap pemerintahan orba.
 Maka dari itu, dapat disimpulakan bahwa judul puisi ini menandakan pemberontakan, sekaligus upaya yang sangat berani dan kritis di dalam memberi masukan kepada pemerintah. Memberi semangat kepada orang-orang yang peduli dengan masa depan Indonesia.
Sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memulai dari empati.

Mengulas, Si manis bergigi emas.

Pendidikan Era Digital